Halo! Di postingan blog yang pertama ini, saya akan mencoba membahas tentang kultur jaringan. Saya yakin banyak dari pembaca yang sudah tahu apa itu kultur jaringan. Sebenarnya banyak cara untuk membudidayakan tumbuhan, baik itu secara alami maupun buatan, dan kultur jaringan adalah salah satu caranya. Jadi, tanpa basa basi mari kita bahas, sebenarnya apa sih yang dimaksud kultur jaringan?

Bioteknologi Kultur Jaringan

 Pengertian Kultur Jaringan

Kultur Jaringan adalah pembudidayaan sel atau jaringan secara “invitro” untuk kemudian diperoleh individu yang sama dengan induknya. Kultur Jaringan dapat diartikan pula sebagai kegiatan yang memelihara atau menumbuhkan organ tanaman (embrio, tunas, bunga dsb) atau jaringan tanaman (sel, kalus, protoplast) pada kondisi aseptic sehingga jaringan tersebut menjadi tanaman baru yang mempunyai sifat sama dengan induknya.


Keunggulan dari sistem Kultur Jaringan

Banyak sekali tujuan dari dikembangkannya sistem budidaya tanaman melalui jalan kultur jaringan ini, antara lain:
  • Memperbanyak tanaman dengan cara seperti ini membuat tanaman bebas dari penyakit karena dilakukan secara aseptic
  • Biaya pemeroduksian bibit relatif lebih murah dan mudah karena dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan lingkungan lainnya
  • Pelaksanaannya tidak tergantung pada musim
  • Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif lebih cepat (dari satu mata tunas yang sudah respon dalam 1 tahun dapat dihasilkan minimal 10.000 plantlet/bibit)
  • Bibit yang dihasilkan seragam (memiliki sifat yang sama)
  • Bibit yang dihasilkan bebas penyakit dan virus karena dibikana dalam kondisi aseptic
  • Dapat diperoleh sifat – sifat yang dikehendaki
  • Melestarikan sifat tanaman induk
  • Menhasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang singkat
  • Metabolit sekunder tanaman segera didapat tanpa perlu menunggu tanaman dewasa
  • Dapat dijadikan sarana untuk melestarikan plasma nutfah


Kelemahan dari sistem Kultur Jaringan

Meskipun banyak kelebihannya, tapi teknik yang satu ini buka tanpa resiko lho. Kelemahan ini hanya terjadi saat masa – masa awal penerapan kultur jaringa. Kerugiannya antara lain:
  • Diperlukan biaya awal yang relative tinggi
  • Hanya mampu dilakukan oleh orang – orang tertentu. Karena memerlukan keahlian khusus
  • Bibit hasil kultur jaringan memerlukan proses aklimatisasi, karena terbiasa dalam kondisi lembab dan aseptik
  • Karena terdapat sedikit keragaman genetiknya, maka sedikit pula juga daya adaptasinya.

Tahap – tahap proses kultur jaringan

Tahap – tahap proses kultur jaringan dibagi menjadi 6 bagian secara umum, tapi yang saya jabarkan kali dipecah lagi menjadi 7 buah,  semoga tambahan ini bisa menambah wawasan para pembaca. Adapun tahap – tahapan tersebut adalah:

1. Sterilisasi
Proses sterilisasi adalah segala jenis kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan ditempat yang steril, yaitu di dalam alat yang bernama Laminar Air Flow Cabinet dan menggunakan alat – alat yang juga steril. Sterilisasi yang dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol ynag disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Selain perlatan yang harus steril, para teknisi yang melakukan proses kultur juga harus dalam kondisi steril.

Laminar Air Flow Cabinet

2. Pembuatan media tanam
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan melalui jalan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Umumnya media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, gula, dan hormone pendukung pertumbuhan.

Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang akan dilakukan. Media yang telah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol – botol kaca yang telah diseterilkan dengan autoklaf.

Media tanam yang digunakan juga digolongkan menjadi 2, yaitu media pada dan media cair.
Media padat pada umumnya berupa padatan gel, seperti agar, dimana nutrisi dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan dia air. Media cair ada yang bersifat tenang (tidak mengalir) atau dalam kondisi selalu bergerak, itu semua tergantung pada kebutuhan

3. Pemilihan dan Penyiapan tanaman induk sebagai sumber eksplan
Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber kontaminan pada waktu dikulturkan secara in-vitro.

4. Inisiasi
Adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Pada tahap ini, eksplan yang dipilih diharapkan bisa memulai pertumbuhan baru. Bagian tanaman yang umumnya sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas, karena disana banyak terdapat jaringan meristem yang masih aktif membelah. Terkadang, eksplan juga dipilih dari jaringan parenkim atau jairingan dasar.

5. Multiplikasi 
Adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Multiplikasi bisa dengan merangsang pertumbuhan tunas cabang, merangsang percabangan aksiler, dan merangsang pucuk secara adventif. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.

6. Pengakaran
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik.  Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).  

Tahap Pengakaran
7. Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.

Baiklah, cukup sekian bahasan kami mengenai kultur jaringan. Segini saja? Kurang lengkap? Kurang puas? Tenang, bagi kalian yang masih ingin tahu lebih lanjut berikut saya sediakan link download berupa word. Atau butuh referensi untuk presentasi tugas mengenai topik kultur jaringan? Tenang, saya juga telah menyediakan link download versi powerpoint!




Terimakasih telah mengunjungi blog kami, bila ada masalah ataupun saran silahkan bertanya di kolom komentar atau Contact Us !